MANDOR-ONLINE
Peristiwa pembantaian massal tahun 1943-1944 oleh penjajah Jepang terhadap sekitar 21.037 warga Kalimantan Barat, Kamis (28/6), diperingati seluruh warga Kalbar sebagai Hari Berkabung Daerah. Upacara memperingati peristiwa yang dikenal dengan Mandor Berdarah itu dipusatkan di Makam Juang Mandor, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, dipimpin oleh Gubernur Kalbar Usman Jafar.
Lokasi Makam Juang Mandor, pada 28 Juni 1944 merupakan areal hutan yang digunakan penjajah Jepang sebagai ladang pembantaian dan kuburan massal bagi tokoh masyarakat, pemuka kerajaan, dan masyarakat di Kalbar. Korban pembantaian itu ditangkap penjajah Jepang dengan dalih akan melakukan pemberontakan.
Sejumlah tokoh yang turut dibunuh dan dimakamkan di ladang pembantaian Mandor itu antara lain Sultan Kerajaan Pontianak Syarif Muhhamad Alqadrie (74) beserta kedua puteranya Pangeran Adipati (31) dan Pangeran Agung (26), JE Patiasina (51), Ng Nyiap Sun (40), dan Lumban Pea (43).
Peristiwa Mandor Berdarah memang terkesan luput dari sejarah perjuangan nasional. Saksi sejarah yang mengetahui persis peristiwa tersebut juga sulit dijumpai karena kebanyakan sudah meninggal. Satu-satunya catatan sejarah yang memuat peristiwa tersebut hanyalah koran Borneo Shimbun terbitan Jepang tanggal 1 Juli 1944.
Atas inisiatif Pemerintahan Daerah Kalbar, melalui peraturan daerah, tanggal 28 Juni sebagai Hari Berkabung Daerah Kalbar. (sumber: www.kompas.com)
Senin, 30 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar