Selasa, 27 Oktober 2009

Menelusuri Jejak-Jejak Emas di Mandor

Oleh: Yohanes Supriadi

Sejarah adalah guru, dengan mengetahui sejarah, kita dapat berbuat sesuatu untuk masa depan. Dari catatan sejarah yang berserakan, ternyata penambangan emas, yang kini dikenal dengan nama PETI sudah sangat lama dikenal masyarakat Kalbar, bahkan ada sebagian kelompok masyarakat yang menjadikannya pekerjaan pokok. Pertengahan Mei dan awal Juni 2009, terusik razia PETI oleh aparat keamanan, sekelompok penambang melakukan aksi demonstrasi hingga aksi anarkis di kantor aparat keamanan di Mandor, Kabupaten Landak. Bagaimana jejak-jejak emas tersebut ? apa pelajaran penting yang dapat kita ambil ? bagaimana menyelesaikan persoalan ini dengan “win-win solution” ? Berikut laporannya.
*******

Mandor hanyalah kota kecil, tepatnya pasar yang terdiri dari deretan ratusan ruko (rumah toko) berbentuk segi empat. Jaraknya hanya 88 Km dari Kota Pontianak. Jalannya sangat lebar dan licin dengan status jalan internasional. Maklum, menuju Kuching-Sarawak, dari Pontianak, orang akan melewati Kota Mandor. Sebelumnya, Mandor luput dari perhatian public. Mandor dikenal dunia sejak abad ke-17. Saat itu, masa kejayaan sebuah republik tertua dunia, yang dikenal dengan Republik Lan Fang. Republik yang menggunakan nama presiden pertamanya ini di bentuk oleh orang orang Hakka dari Kwangtung pada akhir abad ke-18 dan berlangsung selama 107 tahun.
Kedatangan kaum Cina di Mandor ditengarai atas undangan Sultan Mempawah, dengan membawa 10 orang pekerja tambang emas dari Brunei Darusalam. 10 orang ini dipekerjakan oleh Sultan untuk menambang emas di Mandor, yang kala itu dibawah kekuasaan Sultan. Atas keberhasilan tambang, pada tahun 1745, orang Cina didatangkan lagi secara besar-besaran. Sultan Mempawah menggunakan tenaga-tenaga orang Cina ini sebagai wajib rodi, dan dipekerjakan di tambang-tambang emas kerajaan. Di Kalbar, tenaga kerja Cina ini terpusat di Monterado, Bodok dan Mandor. Disebutkan, pada permulaan tahun 1740, jumlah orang Cina ini hanya beberapa puluh saja disana, namun karena perkawinan mereka dengan penduduk Dayak sekitar pertambangan, tahun 1770 orang Cina di Mandor sudah mencapai 20.000 orang. Jumlah mereka bertambah besar lagi dengan kedatangan pasukan Khubilai Khan di bawah pimpinan Ike Meso, Shih Pi dan Khau Sing dalam perjalanannya untuk menghukum Kertanegara, singgah di kepulauan Karimata yang terletak berhadapan dengan Kerajaan Tanjungpura hingga akhirnya menetap di Mandor.
Orang Cina di Mandor, dibawa oleh Lo Fong Pak dengan membawa sekitar 100 orang. Lo Fong Pak merupakan guru di kampung Shak Shan Po, Kunyichu, Propinsi Kanton. Mendengar banyak emas di kepulauan Borneo, ia kemudian berlayar. Lo Fong Pak sempat menetap selama 7 bulan di Pontianak, tepatnya di Siantan (Parit Pekong sekarang). Dari Siantan, Lo Fong mendengar sebuah “gunung emas” yang kini dikenal sebagai Gunung Samabue. Dengan perahu kecil, Lo Fong menyusuri sebuah sungai, yang kini dikenal sebagai sungai Dayak (anak sungai Segedong di Peniti). Saat itu, Mandor, telah dihuni oleh suku Tio Ciu, terutama dari Tioyo dan Kityo. Daerah Mimbong (Benuang) didiami pekerja dari Kun-tsu dan Tai-pu. Seorang bernama Liu Kon Siong yang tinggal dengan lebih dari lima ratus keluarganya mengangkat dirinya sebagai Tai-Ko di sana. Di San King (Air Mati) (Tengah-tengah Pegunungan) berdiam pekerja dari daerah Thai-Phu dan berada di bawah kekuasaan Tong A Tsoi sebagai Tai-Ko. Tiba di Mandor, Lo Fong menemukan pasar 220 pintu yang dimiliki oleh Mao Yien. Pasar 220 pintu ini terdiri dari 200 pintu pasar lama yang didiami masyarakat Tio Tjiu, Kti-Yo, Hai Fung dan Liuk Fung dengan Tai-Ko Ung Kui Peh dan 20 pintu pasar baru yang didiami masyarakat asal Kia Yin Tju dengan Tai-Ko Kong Mew Pak. Mao Yien juga mendirikan benteng Lan Fo (Anggrek Persatuan) dan mengangkat 4 pembantu dengan gelar Lo-Man.
Mengetahui potensi besar untuk merubah hidup kelompoknya, Lo Fong mendirikan kongsi yang dikenal sebagai Lo Fong Kongsi. Lo Fong berniat melakukan penyerangan terhadap kongsi-kongsi yang ada. Namun, cara diplomasi dikedepankan Lo Fong. Suatu hari, Lo Fong mengutus Liu Thoi Ni untuk membawa surat rahasia kepada Ung Kui Peh dan Kong Mew Pak. Kedua kelompok ini terpaksa menyerah dan menggabungkan diri di bawah kekuasaan Lo Fong Kongsi tanpa pertumpahan darah. Takluknya berbagai kongsi oleh Lan Fong Kongsi, Lo Fong Pak kemudian mendirikan sebuah pemerintahan dengan menggunakan nama kongsinya, sehingga nama kongsinya menjadi nama republik, Republik Lan Fong, yang jika dihitung sejak tahun berdirinya, 1777, berarti sepuluh tahun lebih awal dari pembentukan negara Amerika Serikat (USA) oleh George Washington tahun 1787.
Ketika Republik didirikan, warga kongsi ingin Lo Fong Pak menjadi Sultan (mengikuti sistem kesultanan Sambas dan Mempawah), namun ia menolak dan memilih kepemerintahan seperti sistem kepresidenan. Lo Fong Pak terpilih melalui pemilihan umum untuk menjabat sebagai presiden pertama, dan diberi gelar dalam bahasa Mandarin Tang Chung Chang atau Presiden. Ibukota Republik ini adalah Tung Ban Lut (Mandor). Menurut konstitusi negara ini, baik Presiden maupun Wakil Presiden harus merupakan orang Hakka yang berasal dari daerah Ka Yin Chiu atau Thai Pu. Benderanya berbentuk persegi empat berwarna kuning, dengan tulisan dalam bahasa Mandarin Lan Fang Ta Tong Chi. Benderanya berwarna kuning berbentuk segitiga dengan tulisan huao (Jenderal). Para pejabat tingginya memakai pakaian tradisional bergaya China, sementara pejabat yang lebih rendah memakai pakaian gaya barat. Pada masa pemerintahannya, Lo Fang Pak telah menjalankan system perpajakan, dan mempunyai kitab undang undang hukum, menyelenggarakan system pertanian dan pertambangan yang terarah, membangun jaringan transportasi, dan mengusahakan ketahan ekonomi berdikari lengkap dengan perbankannya. Sistem pendidikan tetap diperhatikan bahkan semakin dikembangkan.
Republik Lan Fang mencapai keberhasilan besar dalam ekonomi dan stabilitas politik selama 19 tahun pemerintahan Lo Fong Pak. Dalam tarikh negara samudera dari Dinasti Qing tercatat adanya sebuah tempat dimana orang Ka Yin (dari daerah Mei Hsien) bekerja sebagai penambang, membangun jalan, mendirikan negaranya sendiri, setiap tahun kapalnya mendarat di daerah Zhou dan Chao Zhou (Teo Chiu) untuk berdagang. Sementara dalam catatan sejarah Lan Fong Kongsi sendiri terungkap bahwa setiap tahun mereka membayar upeti kepada Dinasti Qing seperti Annan (Vietnam). Di negara baru yang dikelilingi rumah-rumah panjang orang Dayak ini, Lo Fong kemudian membangun rumah untuk rakyat, majelis umum (Thong) serta pasar. Lo Fang Pak berusaha menyatukan semua orang golongan Hakka di daerah yang dinamakan San Shin Cing Fu (danau gunung berhati emas). Presiden Lan Fong merebut paksa kekuasaan Tai-Ko Liu Kon Siong di daerah Min Bong (Benuang) sampai ke San King (Air Mati). Sejak abad 18, Lo Fong kemudian menguasai seluruh wilayah pertambangan emas Liu Kon Siong dan pertambangan perak Pangeran Sita dari Ngabang. Presiden Lo Fang Pak wafat pada tahun 1795, dimakamkan di Sak Dja Mandor.
Berikut ini nama-nama Presiden Republik Lan Fang di Mandor:
No Nama Presiden Masa Jabatan Peristiwa penting
1 Lo Fong Pak 1777-1795 Pendiri dan Presiden pertama
2 Kong Meu Pak 1795-1799 Republik melakukan peperangan dengan Kerajaan Mempawah
3 Jak Si Pak 1799-1803 Republik melakukan peperangan denga Orang Dayak di Lamoanak
4 Kong Meu Pak 1803-1811 Tidak ada keterangan
5 Sung Chiap Pak 1811-1823 Ekspansi tambang emas di Ngabang
6 Liu Thoi Nyi 1823-1837 Belanda masuk dan mulai berpengaruh di Mandor
7 Ku Lik Pak 1837-1842 Konflik dengan Panembahan Suta di Landak dan mulai berkurang hasil emas
8 Chia Kui Fong 1842-1843 Meninggal karena pemberontakan ketua-ketua Kongsi
9 Yap Thin Fui 1843-1845 Meninggal karena pemberontakan ketua-ketua Kongsi
10 Liu Kon Sin 1845-1848 Republik melakukan lagi peperangan dengan orang Dayak di Binuang, Sangking, dll
11 Liu A Sin 1848-1876 Ekspansi lagi ke kawasan Landak (Ngabang)
12 Liu Liong Kon 1876-1880 Meninggal karena pemberontakan ketua kongsi di San King
13 Liu A Sin 1880-1884 Republik di bubarkan oleh Belanda

Pada masa Presiden Liu Tai Er (Hakka: Liu Thoi Nyi), Belanda mulai aktif melakukan ekspansi di Indonesia dan menduduki wilayah tenggara Kalimantan. Liu Tai Er terbujuk oleh Belanda di Batavia (kini Jakarta) untuk menandatangani suatu pakta non-agresi timbal-balik. Penandatanganan pakta tersebut praktis berarti menyerahkan rezim Lan Fong ke dalam kekuasaan Belanda. Belanda berhasil menduduki Republik Lan Fang, walaupun kongsi tersebut terus mengadakan perlawanan selama 4 tahun, tetapi akhirnya dikalahkan, menyusul kematian Liu Asheng (Hakka: Liu A Sin), presidennya yang terakhir. Selain itu, munculnya pemberontakan penduduk Dayak semakin melemahkan pemerintahan Lan Fong. Di Lamoanak, seratusan Dayak menyerang pusat pemerintahan Lo Fong Pak di Mandor. Bersama warga lainnya dari Tiang Aji, Bangkawe, Saringkuyakng, dll, mereka secara membabi buta melakukan perlawanan. Perlawanan Dayak mereda setelah Republik Lan Fong meminta bantuan Belanda, dan memaksa kelompok Dayak ini melarikan diri hingga ke Sungai Ambawang dan mendirikan perkampungan disana, hingga hari ini.
Pasca perlawanan kaum Dayak ini, secara perlahan, Republik Lan Fang juga kehilangan otonomi dan menjadi sebuah daerah protektorat Belanda pada tahun 1885 dan membuka perwakilannya di Mandor. Namun, sungguhpun demikian, Belanda tidak otomatis menguasai seluruh kekayaan republik, karena takut akan reaksi keras dari pemerintahan Ching di Tiongkok. Belandak tidak pernah menyatakan secara terbuka mengumumkan telah menguasai Republik Lan Fang, dan tetap membiarkan salah satu dari keturunan Lan Fang menjadi pemimpin di negara ini. Baru setelah terbentuknya Republik of China (Cung Hwa Ming Kuok) pada tahun 1911, pada tahun 1912 Belanda secara resmi menyatakan menguasai daerah itu (Republik Lan Fang).
Tak disangka, keturunan republik terus melakukan konsolidasi. Pada tahun 1914, bertepatan dengan Perang Dunia I, keturunan republik ini melakukan pemberontakan bersenjata, yang dikenal dengan Peran Sam Tiam (tiga mata, tiga kode, tiga cara) di Mandor Mempawah, Anjungan, Sei Pinyuh, Purun, Toho, Sanking, Binuang, dan Lamoanak. Mereka juga dibantu oleh masyarakat Melayu dan Dayak yang dipaksa untuk ikut. Pemberontakan ini baru berakhir tahun 1916 dengan kemenangan di pihak Belanda. Mengenang prajuritnya yang gugur selama peperangan ini, Belanda mendirikan tugu peringatan di Mandor.
Seiring dengan dikuasainya Republik Lan Fang oleh Belanda, orang-orang dari republik ini kemudian melarikan diri ke Sumatra. Orang orang Lan Fang yang lari ke Sumatra bergabung lagi di Medan. Dari sana mereka menyebar ke Kuala Lumpur dan Singapura. Menurut catatan Rahman (2000:123), melalui Keputusannya 4 Januari 1857, Belanda memasukkan kembali distrik Cina di Mandor ke dalam wilayah Kesultanan Pontianak. Alasan formal dari penyerahan itu adalah sebagai imbalan atas “kebijaksanaan” Sultan Usman yang “tidak berpihak” atas kasus kekacauan kongsi cina di Mandor pada 1850.
Motivasi penyerahan itu sebenarnya lebih disebabkan oleh kesulitan Pemerintah Kolonialisme Belanda menghadapi perlawanan anggota sub kelompok etnis Dayak, anggota komunitas dan kongsi Cina terhadap Belanda yang sewenang-wenang menanam kuku kolonialismenya dan memonopoli dalam pengeksploitasian pertambangan emas di Mandor. Salah seorang dari keturunan langsung Republik Lan Fang di Mandor ini, adalah Lee Kuan Yew, yang pernah menjadi Perdana Menteri Singapura. Ditangan Lee Kuan Yew, kelompok Hakka yang minoritas di Singapura, menjadi pemegang peranan penting dalam mendirikan Republik Lan Fang yang kedua di Singapura modern, hingga hari ini.(sumber: Tabloid Simpado, edisi I/Juni-Labuh Singal/2009)

Senin, 26 Oktober 2009

Mobil Box Berguling Masuk Sawah


*Supir Mimpi Giginya Tanggal

MANDOR. Kecelakaan tunggal menimpa mobil kijang box angkutan rokok KB.9680 CF berguling-guling masuk sawah di Belak Desa Sebadu Kecamatan Mandor, Senin (26/10) pukul 14.00 wib. Tidak ada korban jiwa, mobil yang dikendarai Amir dan Amat tersebut masuk sawah lantaran mengelakan hewan ternak babi yang melintas di jalan, sedangkan dari arah depan ada mibil truk. “Jadi setir saya banting ke kiri langsung terjun di sawah,” ujar Amir supir mobil tersebut ketika minta keterangan di TKp.
Amir mengatakan, angkutan rokok dari Kota Singkawang rencana akan di bawa ke Kota Ngabang. Ia mengendalikan mobil dengan kelajuan 50-60 km, tiba-tiba di jalan Belak yang sedikit tikungan tersebut di depanya ada babi, sementara arah depan ada mobil truk, maka ia mengelak ke kiri. Tapi malah apes dan posisi kendaraan berguling sampai ke sawah. “Mobil bergiling dan kami berdua tidak apa-apa dan langsung keluar dari pintu,” ujar Amir.
Ketika ditanya, apakah ada firasat buruk sebelumnya? Amir yang menggunakan baju kaos warna hijau tersebut mengaku malam harinya mimpi giginya ada yang tanggal. “Ada mimpi tadi malam, gigi saya tanggal,” ujarnya.
Kendaraan yang masih terguling di sawah yang baru ditanami padi milik warga setempat, sontak menjadi tontonan warga. Setiap pengendara sepeda motor yang melintasi jalan tersebut pun berhenti dan melihat dari dekat. Sementara sampai pukul 15.00 kemarin supir masih sibuk menghubungi tokenya dan rekannya untuk minta pertolongan. (rie)

Selasa, 20 Oktober 2009

Puting Beliung Terjang Setabar



*Bangunan Gereja Nyaris Roboh

MANDOR. Angin puting beliung menerjang Dusun Setabar Desa Bebatung Kecamatan Mandor Kabupaten Landak, Senin (19/10) pukul 10.30 Wib kemarin. Tidak ada korban jiwa, namun bangunan gereja Katolik Santo Modestus nyaris roboh atap melayang 500 meter dan sangkut diatas pohon, sementara dua rumah penduduk rusak ringan.
“Hujan dan angin cukup kencang di sertai petir. Kejadian itu kurang lebih setengah jam, angin berawal dari sawah berputar dan langsung naik di wilayah gereja dan menghantam gereja sehingga rusak berat dan atap gereja habis melayang ke hutan,” ungkap saksi mata,Binatus Bius, Pemimpin Umat gereja Katolik kepada awak koran ini.
Selain itu, ada dua buah rumah milik Asim dan Amran rusak atap seng nya melayang dan ditimpa pohon. Musibah ini langsung menjadi tontonan warga, berduyun-duyun untuk melihat dari dekat kerusakan gereja dan rumah warga. “Bersyukur tidak ada korban jiwa,” ujarnya.
Beberapa jam kemudian, setelah mendapat laporan dari warga, Camat Mandor Marius Baneng SE dan jajarannya langsung meninjau ke lokasi Gereja yang rusak. “Saya mendapat laporan dari warga, terjadinya angin sangat kencang di perkirakan pukul 10.35, sehingga gereja katolik rusak berat dan perlengkapan dalam gereja banyak yang rusak. Saya menghimbau kepada masyarakat kalau sedang di sawah agar berhati-hati jika ada angin kencang. Karena selama ini banyak bencana di luar negeri,” ungkapnya.
Menurut dia, memang di Indonesia ini diprediksi BMG terjadi angin dan hujan disertai petir, tapi tepat nya tidak tahu dimana bisa terjadi. Langkah selanjutnya dia berharap untuk mengatasi kerusakan ini, aparat desa dan kepala desa (kades), membuat laporan kerusakan kepada kecamatan tentang kerusakan yang terjadi. “Tentunya karena ini bencana alam kita lanjutkan kepada instansi yang menangani yaitu Dinas Sosial (Dinsos) dan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Landak. Biasanya ada pos-pos untuk penanganan bencana alam dan mudah-mudahan kerusakan gereja ini mendapat bantuan dari dinas terkait,” harap Marius.
Sementara itu, Kota Ngabang Kabupaten Landak pukul 12.30 wib juga turun hujan deras sekitar satu jam. Sedangkan jajaran Pemkab Landak hingga sore kemarin belum ada meninjau lokasi angin puting beliung di Setabar yang mengakibatkan bangunan rusak. Wakil Bupati Agustus Sukiman SH dikonfirmasi melalui ajudannya, rencana besok (hari ini,red) baru akan meninjau lokasi musibah. “Besok ke sana, sore ini masih ada rapat, tq,” bunyi SMS dari ajudan Wakil Bupati yang dikirim kepada wartawan Equator Landak. (rie)

Senin, 12 Oktober 2009

Turnamen Bupati Landak Cup Ditutup

*Tim Banyuke A Rebut Juara I

MANDOR. Turnamen Sepak Bola Bupati Cup ke V di Kecamatan Mandor Kabupaten Landak resmi ditutup Bupati DR Drs Adrianus Asia Sidot MSi, Sabtu (10/10) dari 13 kecematan yang mengikuti ajang bergensi itu. Empat peraih juara yakni Juara I tim Banyuke A, Juara II tim Sengah Temila B, Juara III tim Mempawah Hulu dan Juara IV tim Mandor A dan ditambah Club terbaik tim Mempawah Hulu, Topscoor Rapin dari tim Sebangki mencetak 14 gool. pemain terbaik Ahui dari tim Mandor A. Sedangkan jumlah hadiah, juara I uang pembinaan Rp 15.juta, di tambah piala bergilir. juara II Rp 10.juta, di tambah medali, juara III Rp 7.5 juta, ditambah medali,dan juara IV, Rp 5juta, sedangkan untuk topscoor kita berikan uang pembinaan Rp 3 juta, pemain terbaik Rp 2 juta, dan club terbaik Rp 1.5 juta
“Saya mengucapkan terima kasih kepada panitia yang sudah bekerja keras untuk melaksanakan kegiatan ini, karena pertandingan sudah berjalan lancar tidak ada masalah. Ke empat tim yang mendapat juara ini adalah tim terbaik di kabupaten Landak,” ungkap Adrianus.
Ia berharap kepada pengurus Persatuan Sepak Bola Landak (Persilan) agar turnamen ini tetap dilanjutkan setiap tahun. Selain Bupati Cup dan mengadakan turnamen yang lebih besar lagi, nanti pesertanya bukan hanya tim dari kecamatan di kabupaten Landak tapi mengundang tim dari kecamatan kabupaten lain dan hadiahnya juga lebih besar. “Sedangkan untuk acara penutupan ini saya tidak mengadakan hiburan Band karena khawatir hal-hal yang tidak di inginkan. Tapi saya berjanji akan memberi masyarakat kecamatan Mandor hiburan Band dalam waktu dekat ini,” urai Adrianus.
Ketua II Panitia Bupati Cup, R.Saidin juga mengucapkan permohonan maaf kepada masyarakat kecamatan Mandor, karena pihaknya sudah umumkan pada saat penyerahan hadiah akan dihibur artis dari ibu kota atau pesta rakyat, ternyata tidak ada. “Saya juga heran padahal ini turnamen besar Bupati Cup gawainya Kabupaten, kami di kecamatan hanya pelaksana saja,” tandasnya.(rie)

Rabu, 07 Oktober 2009

Proyek Pagar Makam Juang ’Siluman’

PROYEK pagar taman Makam Juang Mandor yang saat ini sedang dikerjakan dinilai masyarakat proyek siluman. Karena tidak ada plang proyek dan tidak ada lapor dengan aparat desa atau kecamatan. ”Selama ini Pemerintah Desa (Pemdes) Mandor sudah menertibkan administrasi desa, tapi masih banyak tamu yang bandel datang di Desa Mandor tak mau lapor dengan Ketua Rukun Tetangga (RT) atau Kepala Desa,” ungkap Kepala Dusun Mandor, Aloysius Jama’an, kepada awak koran ini di kantornya, Senin (5/10)
Ia mengatakan, banyak tamu tak lapor seperti orang-orang proyek yang mengerjakan pagar di lokasi taman Makam Juang Mandor. ”Entah berapa orang yang kerja dan mengibap di lokasi tersebut pihaknya tidak tahu karena mereka tak ada lapor,” ungkapnya.
Camat Mandor Marius Baneng SE juga mengaku memang banyak proyek yang bekerja di wilayah Kecamatan Mandor, tapi banyak tidak melapor dengan pihak kecamatan. Banyak yang datang mulai kerja sampai dia pulang juga tak ada lapor, jadi kita tidak tahu proyek siapa dan dari mana yang mengerjakan kita tidak tahu,” ujarnya.
Ia juga mencontohkan proyek yang dekat dengan kantor camat yakni pengerjaan pagar taman makam juang sama sekali tidak melapor. Menurut kabar, proyek tersebut dari provinsi Kalbar, pastinya pihaknya tidak tahu karena tidak ada plang proyeknya. ”Kami menghimbau kepada seluruh kepada desa agar memantau kegiatan proyek di desanya masing-masing,” himbaunya. (rie)

Pelayanan Puskesmas Mandor Tak Memuaskan

*Manajemen Harus Dibenahi

NGABANG. Pelayanan Puskesmas Mandor dianggap tidak memuaskan masyarakat. Bayangkan pasien korban kecelakaan lalu lintas sempat terlantar sekitar satu jam, akibatnya nyawanya tidak tertolong dan sempat dilarikan di Rumah Sakit Mempawah dan Pontianak. “Ponakan saya dan rekannya kecelakaan di Dusun Sumber Maju Desa Kerohok 22 September lalu tepat hari lebaran ke tiga. Satu meinggal ditempat dan satu dilarikan di Puskesmas Mandor, cuman satu jam menunggu di teras baru masuk ruang rawat,” beber Syaiful D seorang warga Kecamatan Mandor ketika melapor kepada Equator di Ngabang, Senin (5/10) kemarin.
Parahnya lagi, saat itu hampir dua jam ruang di Puskesmas tidak ada penerangan alias gelap gulita. Sementara ponakan dia masih terkapar, karena tidak ogsigen maka hanya di infus untuk di rujuk di Rumah Sakit Mempawah dan meninggal ketika di Rumah Sakit Antonius Pontianak. “Memang meninggal sudah kehendak Tuhan, tapi kalau saya melihat juga akibat kurangnya pertolongan pertama ketika di Puskesmas selama satu jam belum ada petugas yang merawat,” ungkap Syaiful yang juga anggota DPRD Landak periode 2009-2014 ini.
Menurut dia, karena sarana dan prasarana yang ada di Puskemas kurang memadahi, akibatnya petugas juga melayani pasien dengan apa adanya. Peristiwa ini bukan hanya cukup sekali, melainkan memang sudah sering, bahkan saat kasus korban penusukan yang terjadi di lokasi pasar malam beberapa hari lalu. Korban saat dibawa di rumah sakit di Pontianak, mendapat oksigen di Puskesmas sungai Pinyuh. “Mengapa di Puskesmas Mandor tidak dilengkapi, kita minta kepada Dinas Kesehatan Landak bisa membenahi Puskesmas Mandor baik dari segi manajemen dan pelayanan kepada masyarakat,” tegas legislator Partai Gerindra ini.
Ia juga berharap, kepada Pemkab Landak melalui Dinas Kesehatan bisa memperhatikan pelayanan-pelayanan di Puskesmas yang ada di Landak, salah satunya di Kecamatan Mandor. “Khususnya dalam melayani pasien yang sudah sangat darurat, mereka harus cepat jangan dibiarkan,” tegas Syaiful legislator asal Kecamatan Mandor ini. (rie)

Senin, 05 Oktober 2009

Perkelahian, Pasar Malam Tegang

*Massa Datangi Mapolsek Mandor

MANDOR. Lokasi pasar malam di lapangan sepak bola Mandor Kabupaten, Kamis (1/10) sekitar pukul 02.00 dini hari mendadak tegang. Menyusul terjadi perkelahian hingga satu orang korban N. Neo, 45, mengalami luka tusukan. Pagi harinya massa mendatangi Maposek minta aktivitas pasar malam dihentikan. Insiden belum jelas pemicunya, pelaku penusuk sudah diamankan polisi.
Kapolres Landak AKBP Drs Toni EP Sinambela Msi melalui Kasat Reskrim AKP Hujra Soumena yang didampingi Kanit Reskrim Bripka Dahroni mengatakan, pelaku TT, 38 warga Desa Sebadu Kecamatan Mandor sudah diamankan, sedangkan satu pelaku lagi atas nama Ir warga Desa Pakumbang masih diburu.
Motif dari perkelahian belum begitu jelas. TT masih diperiksa intensif di Polres Landak. Sehingga belum bisa menetapkan pelaku sebagai tersangka. Kasus inipun masih ditangani Polsek Mandor.
TT yang merupakan panitia dari pasar malam ketika diperiksa polisi mengatakan saat itu ia melihat Ir yang kelihatan resek di lokasi pasar malam. Merasa panitia dari pasar malam tersebut, iapun lantas hendak menegur Ir. “Tiba-tiba datang Neo yang masih satu kampung dengan Ir yang kemungkinan hendak membela Ir. Mungkin karena TT sudah sakit hati dengan Ir, akhirnya pelaku langsung mengambil obeng di jok motornya dan hendak menghujamnya ke tubuh Ir,” ungkapnya.
Korban Neo langsung membawa ke Mapolsek Mandor dan selanjutnya berobat ke rumah sakit. Saat inipun korban masih dirawat intensif di RSUD Soedarso. Sedangkan pelaku langsung diamankan. “Namun Ir masih dalam pengejaran polisi,” terangnya.
Ia meminta kepada masyarakat supaya tidak main hakim sendiri dalam menyikapi kasus tersebut. Apalagi satu pelaku sudah diamankan polisi. “Percayakan penyelesaian kasus ini kepada kami. Untuk saat inipun situasi dan kondisi Kamtibmas di Mandor sudah aman terkendali. Apalagi satu peleton Dalmas Polres Landak dan ditambah lagi anggota dari Polsek Sengah Temila dan Polsek Mandor sendiri diterjunkan untuk mengamankan lokasi kejadian,”himbau dia.
*Warga Minta Pasar Malam Ditutup
Ratusan warga Pak Kumbang Kecamatan Sompak mendatang Mapolsek Mandor, Kamis ( 1/10 ) pukul 10 pagi kemarin. Mereka datang menggunakan satu buah mobil truk tertutup dan puluhan lain nya menggunakan sepeda motor. Mereka langsung di sambut Muspika setempat dan di adakan dialog di ruang Bina Mitra Polsek Mandor.
Kami datang minta kegiatan pasar malam yang diadakan sejak 14 Agustus lalu harus ditutup. Akibat pasar malam sehingga terjadi perkelahian menggunakan senjata tajam dan menyebabkan (Neo) warga kami masuk rumah sakit. Kami datang untuk menyelesaikan masalah agar pelakunya diproses secara hukum dan panitia pasar malam juga harus bertanggung jawab atas kejadian pada malam Kamis sekitar pukul 02.00 subuh kata Tondo warga desa Pak Kumbang
Camat Mandor Marius Baneng SE menjelaskan kegiatan pasar malam sudah bukan tanggung jawab panitia Bupati Cup, sesuai dengan izin kegiatan turnamen Bupati Cup itu hanya di beri batas waktu dari pukul 13.00 sampai 17.30 sore. sedangkan untuk kegiatan pasar malam kami Muspika sangat setuju kalau di tutup. Karena akan merusak generasi muda terutama anak sekolah dan perempuan yang selalu jadi korban.
Sementara IPDA Alexander Aban Kapolsek Mandor mengatakan kami sudah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan kades bagaimana mengatasi kegiatan pasar malam itu, tapi dengan kejadian ini kami akan memproses siapa pelaku dan semua panitia akan kami proses sesuai dengan aturan, untuk sementara pelaku penusukan sudah langsung kami kirim di Polres Landak dan yang sakit juga sudah di rujuk ke rumah sakit Pontianak kata Aban.
Terpisah, Bupati Landak DR Drs Adrianus Asia Sidot MSi diminta komentar terkait insiden ini mengatakan, dirinya sudah menegaskan pada saat pembukaan Sepak Bola Bupati Cup ke V di Mandor, kegiatan Bupati Cup hanya sebatas pagar lapangan bola dan sampai pukul 17.30 sore, jadi diluar pagar itu bukan kegiatan Bupati Cup. “Jadi memang kegiatannya dari pukul 14.00 siang, kegiatan berlangsung didalam lapangangan dibatasi oleh pagar. Itu sudah saya tegaskan dengan lantang, dengan nyaring, dengan keras saat pembukaan Bupati Cup. Jadi kalau ada perkelahian yang berujung akibat kegiatan diluar Bupati Cup bukan tanggungjawab saya,” ungkapnya seraya mengatakan tanggung jawab masing-masing karena rakyat seperti itu oknum-oknum (rie)