*Mengoleksi Tanaman Anggrek; dari Hobi m menjadi Mata Pencaharian
Pedalaman hutan Mandor, Landak tersimpan pesona si cantik ini. Phalaenopsis Alba (Alphino) atau angrek bulan albino, keindahan sangat eksotik sehingga benar-benar menggoda. Tak heran jika keberadaannya selalu menjadi incaran.
SEPINTAS bentuk fisik dari bunga hutan ini terlihat biasa saja. Namun, segalanya menjadi lain tatkala bunganya mekar. Tak seperti angrek bulan kebanyakan, angrek bulan albino ini memiliki ciri keunikan yang tersediri. Seluruh kelopak bunganya berwarna putih terang. Angrek bulan albino terbilang spasial karena ia lahir dari perkawinan silang alami dari beberapa jenis angrek lain di hutan. Proses persilangannya tentu bisa berlangsung sangat lama. Selain bentuk fisiknya yang beda, angrek bulan albino ini juga memiliki sejumlah keistimewaan. Salah satunya adalah memiliki kekuatan tiga kali lebih kuat dari angrek sejenis dalam menahan serangan penyakit.
Angrek langka ini ditemukan Suranto S.PKP, pemilik Agro Dwi Mandiri yang berkedudukan di Mandor. Keikutsertaannya dalam Borneo Orchid Show (BOS) dalam memeriahkan HUT Emas Untan Pontianak ini tidak lain untuk memperkenalkan keanekaragamanan hayati, khususnya angrek hutan, yang ada dibelantara Mandor, Landak.
Angrek bulan albino ditemukan secara tidak sengaja saat Suranto sedang mencari varietas angrek alam di hutan Mandor. Tanpa sengaja, tida-tiba dirinya melihat ada tumbuhan angrek yang hidup menyendiri di sebuah batang pohon tua. Karena penasaran, tanaman yang menarik hatinya itu pun dipanjat. “Saat pertama kali melihatnya, saya langsung jatuh hati. Angrek ini benar-benar membawa hoki bagi saya,” ungkapnya ramah.
Karena terbilang istimewa, oleh Sutanto angrek bulan albino tersebut ditempatkan dalam tempat yang lebih spesial. Soal perawatan, dirinya mengaku tidak memberi perlakukan khusus. Meskipun demikian, tetap memantau perkembangan angrek kesayangannya setiap hari. Selain menampilkan angrek bulan albino, pada kesempatan BOS Untan ini Suranto juga memamerkan koleksi angrek kesayangannya yang lain.
Dua tanaman andalannya adalah Kantong Semar (Nephentis Bicalcarata) dan San Sangk. Kantong semar hanya dapat dijumpai di daerah yang beriklim tropis, seperti hutan di pedalaman Kalimantan. Ia tumbuh di tempat yang beriklim mikro yang lembab. Semakin tua usianya, maka warna kantongnya akan berubah menjadi kemerahan. Yang unik lagi, duri yang ada dimulut kantongnya juga semakin besar dan tajam. “Kantong Semar jenis ini pernah dibeli oleh turis Jepang untuk kemudian dibawa pulang ke negeri mataheri terbit,” terangnya.
Tanaman yang tak kalah istimewa adalah San Sangk. Keunikan tanaman ini terletak dari kandungan zat yang ada di daunya. Zat tersebut dapat mengubah rasa pahit menjadi manis. Penggunaan daun San Sangk telah lama dimanfaatkan masyarakat pedalaman dalam masakan daun ubi kayu. Dengan mencampurkan beberapa lembar daun San Sangk maka rasa pahit yang ada pada daun ubi kayu dapat hilang. (sumber: Pontianak Post)
Minggu, 12 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar